Fotografer Yang Beretika

Fotografer Yang Beretika
Sudah menjadi hal yang umum dan pemandangan yang lazim, bila sekarang ini kamera besar yang dulu menjadi milik fotografer-fotografer profesional menjadi trend luas yang membumi dan banyak dimiliki kalangan masyarakat awam, trend yang begitu meluas ini dikarenakan kemajuan teknologi chip yang luar biasa pesatnya, sehingga banyak produsen-produsen kamera yang membuat kamera yang user-friendly, mudah dioperasikan, teknologi kamera sekarang ini sudah tidak melibatkan lagi rol film seperti era-era lalu sebut saja era sebelum 2000 an. Bahkan dengan sekali jepret kita sudah bisa melihat hasilnya melalui viewvinder yang bisa kita simpan atau hapus saat itu juga.

Berkat kemajuan teknologi kamera inilah mendorong banyak orang untuk memiliki kamera serta mempelajari fotografi bahkan telah banyak orang yang menjadikan dunia fotografi sebagai satu-satunya mata pencaharian. Para produsen kamera telah berubah haluan dalam memproduksi kamera mereka. Mereka membidik pangsa pasar yang lebih luas dalam menjual kamera, sehingga hasilnya adalah masyarakat awam yang tidak berkecimpung dalam dunia fotografi ini yang dalam batasan tertentu juga dapat membuat karya foto yang tidak kalahnya dengan fotografer profesional.
Dengan terjangkaunya harga sebuah kamera maka semakin banyak orang yang tertarik untuk dapat memilikinya, dengan banyaknya orang yang mempunyai kamera dSLR, maka tidak heran bila kita banyak menjumpai orang menenteng-nenteng kamera di mall, di pusat-pusat hiburan, ditaman kota, dan lain sebagainya.

Nah, dengan semakin mudahnya pengoperasian sebuah kamera dSLR ini maka orang akan semakin mudah terdorong untuk mengabadikan momen-momen yang menurutnya penting untuk diabadikan tanpa harus memusingkan atau menghitung kapasitas memori yang mereka bawa, cukup hanya dengan memasukkan kartu SD kedalam kamera, mereka dapat memotret beragam peristiwa yang ada. Hal ini tentu berbeda dengan masa kejayaan rol film, seorang fotografer harus menghitung berapa banyak gambar yang dapat mereka ambil karena keterbatasan kapasitas gulunga dalam sebuah tabung rol film.

Maka tidak heran banyak orang jepret sana jepret sini, tanpa memedulikan momen yang sedang mereka hadapi, tanpa memedulikan kekhidmatan suatu acara yang sedang berlangsung, Bahkan sampai ada keadaan darurat seperti kecelakaan pun tanpa terlebih dahulu menolong korban, tetapi malah memotret lebih dahulu situasi di sekitar tempat terjadinya kecelakaan, bahkan memotret korban nya lebih dahulu.

Banyak juga kita temui orang-orang yang mendatangi tempat terjadinya bencana alam, seperti banjir bandang atau tsunami yang memotret para korban atau tim penolong (SAR) yang sedang melakukan kegiatan evakuasi para korban, bahkan ada gurauan dan bahkan menjadikan tempat tersebut menjadi tempat seperti tour bencana.

"Akan sangat menyenangkan sekali apabila kita khususnya para fotografer, pecinta dunia fotografer untuk selalu berusaha untuk mengerti etika dan sopan di pelbagai situasi"

Kamera besar sudah menjadi barang yang eksklusif yang hanya dimiliki oleh para profesional saja. Namun, sudah menjadi milik bagi banyak kalangan non profesional, sehingga saya pikir anda sependapat dengan saya bahwa sebagai pecinta dan penikmat dunia fotografi apalagi sebagai seorang profesional untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan serta etika dalam fotografi

"Ingat bahwa memotret itu datang dengan hati bukan dengan ambisi"

Post a Comment

Previous Post Next Post